|
Tuhan Yesus datang menjemput umatNya yg setia |
Mengapa di kalangan orang
Kristen terdapat pemahaman bahwa yang penting adalah akhir perjalanan? Harus
diakui ada suatu pengertian yang salah mengenai keselamatan yang ada dalam
pikiran banyak orang Kristen. Keselamatan dianggap begitu murahan dan gampangan
(Luk. 13:22-30).
Inilah yang menyebabkan banyak
orang Kristen memiliki hidup kerohanian yang tidak bermutu. Dari
pernyataan-pernyataan Tuhan di perikop ini (Luk. 13:22-30) jelaslah dapat
disimpulkan bahwa “keselamatan bukan sesuatu yang gampangan dan murahan”.
Perhatikan ucapan Tuhan Yesus:
Berjuanglah! Kata ini dalam teks aslinya adalah agonizeste artinya struggle
atau strive (berjuang atau berusaha dengan keras). Pengertiannya yang lain
adalah labor fervently (bekerja dengan bersemangat atau bernyala-nyala).
Pemahaman keselamatan yang
salah disebabkan pula oleh interpretasi yang salah terhadap fragmen di kayu
salib, yaitu keselamatan yang diterima oleh salah satu penjahat di samping
salib Tuhan Yesus (Luk. 23:39-43). Salah satu penjahat di samping salib Tuhan
Yesus hanya mengucapkan kalimat: “Ingatlah aku kalau Engkau datang sebagai
Raja”, ia sudah selamat.
Banyak orang tidak memahami
bahwa penjahat tersebut memiliki “sikap hati yang luar biasa”, yang karenanya
ia layak menerima anugerah diperkenan masuk Firdaus. Beberapa hal yang
menunjukkan sikap hatinya nampak dalam beberapa pernyataan yang diucapkan di
kayu salib tersebut: Pertama, penjahat ini mengakui bahwa Tuhan Yesus adalah
Mesias, Sang Juruselamat dan Yesus berkuasa menyelamatkan dirinya di kekekalan
setelah kematian. Ia percaya bahwa Yesuslah Raja di dunia yang akan datang.
Kedua, pada saat orang-orang
meninggalkan Tuhan Yesus, bahkan murid-murid Yesus menyangsikan kemesiasan-Nya,
justru ia satu-satunya yang masih percaya kepada Tuhan Yesus pada waktu itu.
Menjadi bahan renungan kita: Apakah kita masih bisa mempertahankan iman Kristen
dalam keadaan terjepit atau bisa-bisa menyangkal Yesus seperti Petrus?
Kesetiaan sampai akhirlah yang
menentukan keselamatan seseorang, tetapi ini tidak hanya ditentukan oleh
menit-menit terakhir hidup kita. Kemenangan petinju bukan hanya pada
menit-menit terakhir ketika ada di ring tinju, tetapi hari-hari panjang pada
waktu ia mempersiapkan diri bertinju di ring tinjunya....
Ketiga, penjahat ini menerima dengan rela hukuman
salib terhadap dirinya. Ia merasa bahwa ia pantas menerimanya. Ini menunjuk
pengakuan dosanya yang tulus dan jujur.
Sukar mengatakan bahwa penjahat ini tidak
bertobat. Inilah pertobatan yang sesungguhnya, bukan bertobatan yang semu. Tidak
mungkin sikap hati seperti ini dapat dimilikinya secara mendadak. Tentu ia
telah membangunnya melalui detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan
tahun-tahun yang panjang. Apa yang dilakukan penjahat ini adalah peta
perjalanan yang telah dilaluinya. Besar kemungkinan penjahat yang satu ini
bukan penjahat kriminal, tetapi penjahat politik di mata penjajah, yaitu
kekaisaran Roma.
Oleh sebab itu, harus diperhatikan bahwa detik
terakhir penjahat ini bukan merupakan penentu satu-satunya keselamatannya. Dari
sikap penjahat yang baik ini kita menemukan suatu gambar diri yang melayakkan
ia dibawa ke Firdaus, sedang-kan penjahat yang tidak baik memiliki gambar diri
yang tidak layak dibawa ke Firdaus.
Penjahat yang buruk, ikut mencemooh Tuhan Yesus
dan mencoba untuk memanfaatkan Tuhan Yesus. Penjahat yang buruk ini tidak
menghormati Tuhan Yesus.
Pelajaran berharga lain yang dapat kita peroleh
dari penjahat yang baik di samping salib Tuhan itu adalah
pernyataan-pernyataannya di kayu salib, di mana ia menunjukkan hormatnya kepada
Tuhan Yesus (Luk. 23:39-43).
Rupanya penjahat ini sudah mengenal Tuhan Yesus
sebelum penyaliban mereka. Itulah sebabnya ia dapat membela Tuhan Yesus dan
mengatakan bahwa Yesus tidak bersalah. Hal ini bukan diperolehnya dalam sehari,
tetapi tahun-tahun yang panjang dalam perjuangan yang benar-benar serius.
Penjahat yang baik ini tidak mempersoalkan
masalah dunia fana, tetapi ia mempersoalkan perkara-perkara surgawi, yaitu
Firdaus. Sukar mengatakan ia tidak rohani. Sebagai perbandingan adalah teman
penjahatnya yang mempersoalkan bagaimana ia bisa turun dari salib itu, ia masih
mempersoalkan bagaimana menikmati hidup di dunia ini.
Sedangkan penjahat yang lain tidak lagi
mempersoalkan nasibnya di bumi. Dari pernyataannya nampak kualitas sikap hati
yang melayakkan ia masuk Firdaus. Inilah yang dimaksud dengan: Mendahulukan
kerajaan Allah (Mat. 6:33) dan mencari perkara-perkara yang di atas (Kol.
3:1-4). Dalam kondisi yang terjepit seperti penjahat ini, ia masih memandang
Kerajaan Tuhan Yesus Kristus. Ia tidak hanyut dalam keduniawian. Ia memiliki
kepribadian surgawi. Tentu hal sikap ini tidak dibangun dalam sehari.
Perbuatan seseorang
menunjukkan keadaan batiniah mereka. Dalam hal ini hanya Tuhan yang mengetahui
apakah kebaikan yang mereka lakukan, mereka lakukan dengan motivasi yang benar
atau tidak, sebab Tuhan yang mengetahui dan menyelidiki keadaan batiniah
seseorang. “Keselamatan mereka” sebenarnya juga oleh karena pengorbanan Tuhan
Yesus, tetapi bukan seperti orang percaya yang dikembalikan ke rancangan semula
Allah dan diperkenan menjadi anggota Kerajaan. Mereka yang di luar Kristen
keselamatannya hanya diperkenan masuk dunia yang akan datang sebagai anggota
masyarakat. Tentu hanya mereka yang berbuat baik (tidak membahayakan bagi
sesama) yang akan diperkenan masuk sebagai anggota masyarakat di Kerajaan Surga
nanti (Mat. 25:31-46).
Orang percaya yang mengerti
dan menerima pengampunan dosa mendapat tuntutan yang berat yaitu untuk sempurna
seperti Bapa. Mereka yang di luar Kristen tidak dipanggil untuk sempurna
seperti Bapa, sebab yang dipanggil sempurna hanyalah mereka yang mengenal Bapa
di surga. Orang percaya harus meyakini bahwa masalah dosa dalam arti
pelanggaran terhadap hukum Taurat dan keadaan meleset (hamartia) sudah
diselesaikan tuntas. Oleh pengorbanan Tuhan Yesus tersebut manusia bisa
diterima sebagai anak-anak Allah.
Ketika baru diterima sebagai
anak Allah seseorang tidak langsung menjadi menjadi anak yang sah (huios),
tetapi masih berstatus anak gampang (nothos). Anak gampang belum bisa mengambil
bagian dalam kekudusan Bapa (Ibr. 12:9). Itulah sebabnya mereka harus dididik
untuk menjadi huios tersebut. Inilah persoalan tersulit dalam kehidupan umat
pilihan Allah. Oleh sebab itu orang Kristen harus memeriksa diri apakah layak
diterima di rumah Bapa atau tidak. Sebab hanya mereka yang “menjadi saudara
bagi Tuhan Yesus”, artinya memiliki keberadaan seperti Tuhan Yesus, yang akan
disambut sebagai putra-putri atau pangeran Allah. Inilah perlombaan yang
diwajibkan bagi semua orang percaya (Ibr. 12:1).
Harus kita mengerti bahwa
banyak teks dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa menjadi anak adalah sebuah
proses yang harus diperjuangkan (Yoh. 1:11-13; 12:36; 13:15; Flp. 2:15 dan lain
sebagainya). Tetapi banyak orang Kristen yang tidak mengerti atau tidak mau
mengerti bahwa menjadi anak-anak Allah seperti yang diinginkan Allah Bapa
adalah panggilan yang berat yang harus diperjuangkan. Dengan demikian legalitas
atau pengesahan menjadi anak Allah tergantung masing-masing individu. Bertalian
dengan ini kita bisa mengerti mengapa Petrus dalam suratnya mengatakan bahwa
jika kita menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi
semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kita hidup dalam ketakutan
selama kita menumpang di dunia ini (1Ptr. 1:17).
Penjelasan ini tidak bermaksud
mempersulit seseorang berstatus sebagai anak-anak Allah yang sah dan diperkenan
masuk surga, tetapi menunjukkan tanggung jawab sebagai umat pilihan, agar
benar-benar terpilih. Inilah harga untuk mengikut Tuhan Yesus guna dilayakkan
untuk dimuliakan bersama dengan Yesus. Kalau Perjanjian Baru mengutip kisah
Esau dan Yakub sebagai pelajaran rohani, tentu kisah ini memiliki kesejajaran
atau analogi dengan kehidupan Kekristenan (Ibr. 12:15-17). Orang percaya harus
mengikuti perlombaan yang diwajibkan, perlombaan itu adalah memiliki iman yang
sempurna seperti Tuhan Yesus (Ibr. 12:2-5), yaitu ketaatan kepada Bapa. Jadi,
perlombaan ini adalah usaha untuk mengesahkan diri sebagai anak Allah.
Dengan penjelasan ini, maka
dapat diambil kesimpulan tidak mungkin ada lagi masalah pengampunan di dunia
yang akan datang. Pengampunan berkenaan dengan perbaikan hanya berlangsung di
dunia hari ini. Hasil dari perbaikan inilah yang akan menempatkan setiap
individu di Kerajaan Surga nanti. Dengan demikian tidak ada lagi pengampunan
dan penyelesaian dosa setelah penghakiman. Penghakiman adalah titik finalnya.
Akhirnya kita harus tegas mengatakan bahwa api penyucian bukanlah pengajaran
yang sesuai dengan kebenaran Alkitab.
Comments
Post a Comment
Silahkan mengomentari artikel ini positif dan negatif semau saya tampung, mungkin perlu..