Bahan Renungan

Thema : Berkemas-kemas/Berjaga-jaga

Matius   24 24:42 Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. Thema : Berkemas-kemas Berjaga-jaga sinomimnya itu atau sama artinya Berkemas-kemas...di sini saya lebih suka memakai kata berkemas2.. Biasanya orang yang sedang berkemas-kemas itu adalah orang yg sebentar lagi mau berangkat, ke suatu tempat yg penting baik jauh maupun dekat, contohnyanya : 1. Mau pergi ke sawah, ( perlu gk berkemas2) apa yg perlu dipersiapkan?? = mempersiapkan tajak, pakkur(cangkul), mangisi tes tu jereken (air minum), indahan (nasi), dan yg paling penting kesehatan =orang yg tidak sehat tidak mungkin berkemas2 pergi ke sawah...berapa lama biasanya waktu yg diperlukan untuk berkemas2?? 2-3 jam (masak lagi) 2. Kalau mau pergi ke pesta di medan contohnya , apa yg perlu di kemas-kemas ? tandok, hepeng (uang), baju nabagak (baju cantik), sipatu, cin-cin, antting2, korung2 (kalung) mas, dan istirahat yg cukup...biasanya waktu yg diperlukan untuk itu be

Keselamatan itu bukan sesuatu yang MUDAH.....

Tuhan Yesus datang menjemput umatNya yg setia
Mengapa di kalangan orang Kristen terdapat pemahaman bahwa yang penting adalah akhir perjalanan? Harus diakui ada suatu pengertian yang salah mengenai keselamatan yang ada dalam pikiran banyak orang Kristen. Keselamatan dianggap begitu murahan dan gampangan (Luk. 13:22-30).

Inilah yang menyebabkan banyak orang Kristen memiliki hidup kerohanian yang tidak bermutu. Dari pernyataan-pernyataan Tuhan di perikop ini (Luk. 13:22-30) jelaslah dapat disimpulkan bahwa “keselamatan bukan sesuatu yang gampangan dan murahan”.

Perhatikan ucapan Tuhan Yesus: Berjuanglah! Kata ini dalam teks aslinya adalah agonizeste artinya struggle atau strive (berjuang atau berusaha dengan keras). Pengertiannya yang lain adalah labor fervently (bekerja dengan bersemangat atau bernyala-nyala).

Pemahaman keselamatan yang salah disebabkan pula oleh interpretasi yang salah terhadap fragmen di kayu salib, yaitu keselamatan yang diterima oleh salah satu penjahat di samping salib Tuhan Yesus (Luk. 23:39-43). Salah satu penjahat di samping salib Tuhan Yesus hanya mengucapkan kalimat: “Ingatlah aku kalau Engkau datang sebagai Raja”, ia sudah selamat.

Banyak orang tidak memahami bahwa penjahat tersebut memiliki “sikap hati yang luar biasa”, yang karenanya ia layak menerima anugerah diperkenan masuk Firdaus. Beberapa hal yang menunjukkan sikap hatinya nampak dalam beberapa pernyataan yang diucapkan di kayu salib tersebut: Pertama, penjahat ini mengakui bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias, Sang Juruselamat dan Yesus berkuasa menyelamatkan dirinya di kekekalan setelah kematian. Ia percaya bahwa Yesuslah Raja di dunia yang akan datang.

Kedua, pada saat orang-orang meninggalkan Tuhan Yesus, bahkan murid-murid Yesus menyangsikan kemesiasan-Nya, justru ia satu-satunya yang masih percaya kepada Tuhan Yesus pada waktu itu. Menjadi bahan renungan kita: Apakah kita masih bisa mempertahankan iman Kristen dalam keadaan terjepit atau bisa-bisa menyangkal Yesus seperti Petrus?

Kesetiaan sampai akhirlah yang menentukan keselamatan seseorang, tetapi ini tidak hanya ditentukan oleh menit-menit terakhir hidup kita. Kemenangan petinju bukan hanya pada menit-menit terakhir ketika ada di ring tinju, tetapi hari-hari panjang pada waktu ia mempersiapkan diri bertinju di ring tinjunya....

Ketiga, penjahat ini menerima dengan rela hukuman salib terhadap dirinya. Ia merasa bahwa ia pantas menerimanya. Ini menunjuk pengakuan dosanya yang tulus dan jujur.

Sukar mengatakan bahwa penjahat ini tidak bertobat. Inilah pertobatan yang sesungguhnya, bukan bertobatan yang semu. Tidak mungkin sikap hati seperti ini dapat dimilikinya secara mendadak. Tentu ia telah membangunnya melalui detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun-tahun yang panjang. Apa yang dilakukan penjahat ini adalah peta perjalanan yang telah dilaluinya. Besar kemungkinan penjahat yang satu ini bukan penjahat kriminal, tetapi penjahat politik di mata penjajah, yaitu kekaisaran Roma.

Oleh sebab itu, harus diperhatikan bahwa detik terakhir penjahat ini bukan merupakan penentu satu-satunya keselamatannya. Dari sikap penjahat yang baik ini kita menemukan suatu gambar diri yang melayakkan ia dibawa ke Firdaus, sedang-kan penjahat yang tidak baik memiliki gambar diri yang tidak layak dibawa ke Firdaus.

Penjahat yang buruk, ikut mencemooh Tuhan Yesus dan mencoba untuk memanfaatkan Tuhan Yesus. Penjahat yang buruk ini tidak menghormati Tuhan Yesus.

Pelajaran berharga lain yang dapat kita peroleh dari penjahat yang baik di samping salib Tuhan itu adalah pernyataan-pernyataannya di kayu salib, di mana ia menunjukkan hormatnya kepada Tuhan Yesus (Luk. 23:39-43).

Rupanya penjahat ini sudah mengenal Tuhan Yesus sebelum penyaliban mereka. Itulah sebabnya ia dapat membela Tuhan Yesus dan mengatakan bahwa Yesus tidak bersalah. Hal ini bukan diperolehnya dalam sehari, tetapi tahun-tahun yang panjang dalam perjuangan yang benar-benar serius.

Penjahat yang baik ini tidak mempersoalkan masalah dunia fana, tetapi ia mempersoalkan perkara-perkara surgawi, yaitu Firdaus. Sukar mengatakan ia tidak rohani. Sebagai perbandingan adalah teman penjahatnya yang mempersoalkan bagaimana ia bisa turun dari salib itu, ia masih mempersoalkan bagaimana menikmati hidup di dunia ini.

Sedangkan penjahat yang lain tidak lagi mempersoalkan nasibnya di bumi. Dari pernyataannya nampak kualitas sikap hati yang melayakkan ia masuk Firdaus. Inilah yang dimaksud dengan: Mendahulukan kerajaan Allah (Mat. 6:33) dan mencari perkara-perkara yang di atas (Kol. 3:1-4). Dalam kondisi yang terjepit seperti penjahat ini, ia masih memandang Kerajaan Tuhan Yesus Kristus. Ia tidak hanyut dalam keduniawian. Ia memiliki kepribadian surgawi. Tentu hal sikap ini tidak dibangun dalam sehari.

Perbuatan seseorang menunjukkan keadaan batiniah mereka. Dalam hal ini hanya Tuhan yang mengetahui apakah kebaikan yang mereka lakukan, mereka lakukan dengan motivasi yang benar atau tidak, sebab Tuhan yang mengetahui dan menyelidiki keadaan batiniah seseorang. “Keselamatan mereka” sebenarnya juga oleh karena pengorbanan Tuhan Yesus, tetapi bukan seperti orang percaya yang dikembalikan ke rancangan semula Allah dan diperkenan menjadi anggota Kerajaan. Mereka yang di luar Kristen keselamatannya hanya diperkenan masuk dunia yang akan datang sebagai anggota masyarakat. Tentu hanya mereka yang berbuat baik (tidak membahayakan bagi sesama) yang akan diperkenan masuk sebagai anggota masyarakat di Kerajaan Surga nanti (Mat. 25:31-46).

Orang percaya yang mengerti dan menerima pengampunan dosa mendapat tuntutan yang berat yaitu untuk sempurna seperti Bapa. Mereka yang di luar Kristen tidak dipanggil untuk sempurna seperti Bapa, sebab yang dipanggil sempurna hanyalah mereka yang mengenal Bapa di surga. Orang percaya harus meyakini bahwa masalah dosa dalam arti pelanggaran terhadap hukum Taurat dan keadaan meleset (hamartia) sudah diselesaikan tuntas. Oleh pengorbanan Tuhan Yesus tersebut manusia bisa diterima sebagai anak-anak Allah.

Ketika baru diterima sebagai anak Allah seseorang tidak langsung menjadi menjadi anak yang sah (huios), tetapi masih berstatus anak gampang (nothos). Anak gampang belum bisa mengambil bagian dalam kekudusan Bapa (Ibr. 12:9). Itulah sebabnya mereka harus dididik untuk menjadi huios tersebut. Inilah persoalan tersulit dalam kehidupan umat pilihan Allah. Oleh sebab itu orang Kristen harus memeriksa diri apakah layak diterima di rumah Bapa atau tidak. Sebab hanya mereka yang “menjadi saudara bagi Tuhan Yesus”, artinya memiliki keberadaan seperti Tuhan Yesus, yang akan disambut sebagai putra-putri atau pangeran Allah. Inilah perlombaan yang diwajibkan bagi semua orang percaya (Ibr. 12:1).

Harus kita mengerti bahwa banyak teks dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa menjadi anak adalah sebuah proses yang harus diperjuangkan (Yoh. 1:11-13; 12:36; 13:15; Flp. 2:15 dan lain sebagainya). Tetapi banyak orang Kristen yang tidak mengerti atau tidak mau mengerti bahwa menjadi anak-anak Allah seperti yang diinginkan Allah Bapa adalah panggilan yang berat yang harus diperjuangkan. Dengan demikian legalitas atau pengesahan menjadi anak Allah tergantung masing-masing individu. Bertalian dengan ini kita bisa mengerti mengapa Petrus dalam suratnya mengatakan bahwa jika kita menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kita hidup dalam ketakutan selama kita menumpang di dunia ini (1Ptr. 1:17).

Penjelasan ini tidak bermaksud mempersulit seseorang berstatus sebagai anak-anak Allah yang sah dan diperkenan masuk surga, tetapi menunjukkan tanggung jawab sebagai umat pilihan, agar benar-benar terpilih. Inilah harga untuk mengikut Tuhan Yesus guna dilayakkan untuk dimuliakan bersama dengan Yesus. Kalau Perjanjian Baru mengutip kisah Esau dan Yakub sebagai pelajaran rohani, tentu kisah ini memiliki kesejajaran atau analogi dengan kehidupan Kekristenan (Ibr. 12:15-17). Orang percaya harus mengikuti perlombaan yang diwajibkan, perlombaan itu adalah memiliki iman yang sempurna seperti Tuhan Yesus (Ibr. 12:2-5), yaitu ketaatan kepada Bapa. Jadi, perlombaan ini adalah usaha untuk mengesahkan diri sebagai anak Allah.

Dengan penjelasan ini, maka dapat diambil kesimpulan tidak mungkin ada lagi masalah pengampunan di dunia yang akan datang. Pengampunan berkenaan dengan perbaikan hanya berlangsung di dunia hari ini. Hasil dari perbaikan inilah yang akan menempatkan setiap individu di Kerajaan Surga nanti. Dengan demikian tidak ada lagi pengampunan dan penyelesaian dosa setelah penghakiman. Penghakiman adalah titik finalnya. Akhirnya kita harus tegas mengatakan bahwa api penyucian bukanlah pengajaran yang sesuai dengan kebenaran Alkitab.






Comments

Popular posts from this blog

Easy Worship 2009 Untuk Windows 10...Works!!!

Thema : Berkemas-kemas/Berjaga-jaga

Hidupku bukanlah aku lagi, tapi Yesus dalamku